Universitas Tridinanti Palembang (UTP).

PALEMBANG – Jagat media di Sumsel dihebohkan dengan munculnya pernyataan Badan Eksekusi Mahasiswa (BEM) Universitas Tridinanti Palembang (UTP) yang dinilai telah mencederai dunia akademis. Hal ini lantaran pernyataan tersebut dinilai politis dan tidak mencerminkan karakter insan akademis serta dianggap menjadi alat politik salah satu kekuatan politik di Sumsel.

Selain ditunggangi kepentingan politik, sikap BEM UTP yang menyerang Gubernur Sumsel, H. Herman Deru dengan julukan King Of Kelakar, disesalkan banyak kalangan. Pasalnya, serangan tersebut tidak mencerminkan keadaan yang sesungguhnya, bahkan sebaliknya penuh kekonyolan, banyak logical fallacy atau banyak kesalahan dalam menyusun logika yang tepat dalam argumen yang disampaikan dan bernada menyerang pribadi untuk menyenangkan pesanan kelompok politik yang berbeda dengan gubernur.

Pemerhati pendidikan, Solehan M.Si mengatakan, sikap BEM UTP tersebut mencerminkan betapa rendahnya kualitas mahasiswa UTP dan cerminan bahwa kegiatan belajar dan mengajar di perguruan tinggi tersebut masih bermasalah. Sehingga tidak melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki sikap intelektual dan berintegritas.

“Sikap BEM UTP yang menyerang Gubernur Sumsel tanpa disertai data-data akurat dan tanpa disertai fakta tersebut justru mencerminkan kualitas UTP sendiri. Ini sama dengan membuka borok sendiri,’’ tegas Solehan kepada sejumlah media, di Palembang, Minggu (1/8).

Rendahnya kualitas BEM UTP, kata Solehan, akan mengingatkan kembali borok lama UTP, yaitu kasus mal akademik yang terjadi sekitar tahun 1990-an, dimana saat itu Universitas Tridinanti meluluskan seorang anak pejabat tinggi di Sumsel tanpa melalui perkuliahan alias sarjana tanpa kuliah. Kasus tersebut sangat menghebohkan dunia perguruan tinggi di Sumsel, bahkan menjadi perbincangan nasional. Akibat kasus mal akademik tersebut, nama UTP menjadi hancur dan nyaris tutup lantaran masyarakat tidak percaya lagi. Bahkan, saat itu banyak sarjana lulusan Unanti tidak diterima pasaran kerja.

“Mestinya pihak rektorat UTP saat ini belajar dari pengalaman masa lalu yang buruk. Dimana saat itu rektorat mudah disetir atau ditunggangi kepentingan politik penguasa,” tegas Solehan.

Sementara itu, Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama (ISNU) Sumsel, DR. Feriansyah mengajak kalangan mahasiswa dan intlektual di Sumsel untuk aktif membantu pemerintah mengatasi serangan pandemi covid-19 yang belum juga reda sampai saat ini. “Semestinya saat ini kita saling bahu membahu, bergadengan tangan untuk bersama-sama mengatasi pandemic covid 19, bukan malah menggangu pemerintah yang sedang bersusah payah mengatasinya,’’ tegas Feriansyah.

Ferry mengingatkan agar BEM UTP, tidak mudah disusupi kepentingan politik tertentu yang bertujuan menurunkan reputasi Gubernur Herman Deru yang dikenal dengan visi Sumsel Maju Untuk Semua itu. “Untuk apa kok sudah mulai menyerang. Janganlah, Pak Gubernur Herman Deru sedang bekerja keras mengatasi pandemic covid 19, janganlah diganggu dengan manuver-manuver politik yang tidak perlu dan belum saatnya. Kampus jangan jadi alat politik,” tegas mantan aktivis mahasiswa ini.