Pekalongan – Sebagian warga mulai mengalami gatal-gatal, batuk hingga demam menyusul banjir Rob yang merendam pemukiman setinggi 50 cm di daerah Clumprit, Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan selama 3 hari terakhir.

Seperti yang dialami Yahayu (38), warga Clumprit yang mengungsi di aula Kelurahan Degayu bersama suami, anak dan ibunya.

“Tiap malam saya merasakan sakit kayak demam, sedangkan suami batuk-batuk dan ibu saya badannya sakit mas. Hampir tiap malam tidak bisa tidur,” kata Yahayu saat ditemui eranasional, Rabu (17/11/2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh Isnawati (34), warga Clumprit RT 04 RW 07. Ia merasakan gatal-gatal, karena beberapa hari terendam air rob yang kotor.

“Mungkin karena airnya kotor jadi merasa gatal-gatal. Semoga cepat surut dan bisa beraktifitas kembali,” katanya.

Dari pantauan eranasional, meski kondisi lingkungan kumuh, air kotor dan berbau busuk. Sebagian besar warga tetap memilih bertahan di rumah dan hanya memindahkan barang-barang berharga ke lokasi yang lebih tinggi. Mereka beralasan menjaga rumah dan barang berharga takut hilang.

Hingga Rabu siang, tercatat ada 23 warga yang mengungsi di Aula Kelurahan Degayu.

“Data yang kami himpun hingga pukul 12.30, ada 23 pengungsi,” kata Ariful Amar, relawan PMI Kota Pekalongan.

“Mereka yang terdampak kebanyakan mengeluh gatal-gatal, batuk, masuk angin dan tensinya tinggi. Mungkin karena kurang tidur,” lanjutnya.

Menurut Amar, selain obat-obatan. Para pengungsi maupun warga terdampak juga membutuhkan susu bayi, popok bayi dan juga popok manula, makanan tambahan bayi, obat gatal, dan juga selimut.

“Kami standby di lokasi pengungsian selama 24 jam sejak 3 hari yang lalu. Mengecek kesehatan pengungsi dan warga terdampak, serta melakukan evakuasi jika dibutuhkan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, banjir rob atau meluapnya permukaan air laut sudah terjadi sejak 3 hari lalu
yang mengakibatkan ratusan rumah di daerah Clumprit, Degayu, Kota Pekalongan terendam banjir dari ketinggian air 20 cm hingga 50cm. (em-aha)