Konsultasi Sistem Informasi Kelurahan (SIK) Kota Pekalongan di Hotel The Sidji.

Pekalongan – Dalam rangka mengatasi dampak dan resiko akibat adanya perubahan iklim yang terjadi, khususnya di Kota Pekalongan. Kemitraan/partnership melalui program Adaptation Fund (AF) bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan membangun sistem informasi kelurahan (SIK) yang diberi nama Kibas (Ketahanan Iklim Berbasis Masyarakat).

SIK Kibas merupakan sebuah platform digital berbasis masyarakat yang akan menyajikan informasi adaptasi ketahanan iklim. SIK Kibas akan menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan dapat dipergunakan oleh seluruh stakeholder di Kota Pekalongan.

Team Leader Project Management Unit Adaptation Fund Kemitraan Andi Kiky mengatakan, SIK sebagai media pemantau bagi semua pihak, dan memastikan keterlibatan masyarakat tentang sejauh mana perkembangan perubahan iklim. Sehingga mereka lebih optimis untuk melakukan adaptasi.

“Melalui SIK diharapkan ada sharing komunikasi antarpihak untuk upaya-upaya adaptasi di lapangan,” terangnya pada Konsultasi Sistem Informasi Kelurahan Kota Pekalongan di Hotel The Sidji, Kamis (17/11).

Menurut Andi, SIK juga bisa memudahkan para stakeholder pengambil kebijakan, baik Pemkot Pekalongan, provinsi maupun pusat, sehingga menjadi perpaduan untuk mendukung adaptasi perubahan iklim.

“Kita tidak bisa berpangku tangan. Adaptasi harus terus berjalan dengan berbagai strategi kebiasaan,” lanjutnya.

Kepala Bidang (Kabid) Aplikasi dan Persandian Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kota Pekalongan, Kusuma Adi Achmad menambahkan, aplikasi ini berisi informasi layanan tentang kebencanaan melalui pemanfaatan sumber daya yang sudah ada.

“Kibas adalah wadah komunikasi digital yang menampilkan informasi kebencanaan, seperti data cuaca, tinggi gelombang laut, kanal pengaduan sehingga data-data dan informasi yang bisa dikolaborasikan bisa memberikan early warning sistem bagi masyarakat. Ke depan harapannya tidak hanya diskriptif, tapi ada prediksi banjir rob sehingga ada kewaspadaan,” katanya.

Sebelumnya, Sekda Kota Pekalongan Sri Ruminingsih menjelaskan, beberapa penelitian memerkirakan Kota Pekalongan akan tenggalam pada 2035 mendatang. Sehingga seluruh elemen masyarakat harus bersinergi.

“Kuncinya peduli. Semua yang memiliki Kota Pekalongan harus peduli dengan kondisi Kota Pekalongan dan ikut berpartisipasi untuk mengurangi dampak perubahan iklim,” harapnya.

Berbagai upaya dilakukan Pemkot Pekalongan untuk mangatasi rob, di antaranya pembangunan tanggul dan sistem pompa. Pembangunan sarana prasarana penanggulangan rob juga masih terus berjalan. Selain itu, moratorium penggunaan air bawah tanah.

Dengan dikembangkannya SIK, Sekda berharap SIK akan memberikan manfaat bagi kelurahan-kelurahan terdampak banjir rob sebagai ruang untuk menginformasikan dan mengomunikasikan atau melaporkan terkait berbagai hal terkait perubahan iklim di wilayah masing-masing.

“Selama ini, informasi cenderung dari (pemerintah) kota, dari BMKG ke bawah. Masyarakat mulai dibangun agar siap siaga bencana terbentuk sehingga  bencana banjir dan rob bisa lebih diantisipasi. Dengan demikian, ketahanan terhadap perubahan iklim, ketahanan terhadap penanggulangan risikonya dan ketahanan ekonomi sosialnya tetap hidup,” pungkasnya. (emaha)