Didampingi Kepala Dinperinaker Sri Budi Santoso dan Sekda Sri Ruminingsih, Walikota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid membuka kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Kapasitas Pelaku Usaha IKM Tahu Sokoduwet. Foto : AbdulHakim

Pekalongan – Usai peresmian Kampung Tempe Kuripan Kertoharjo, kini Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan mendukung adanya pengembangan dan potensi Industri Kecil Menengah (IKM) produk tahu yang ada di Kelurahan Sokoduwet, Kecamatan Pekalongan Timur.

Hal itu diungkapkan Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid usai membuka kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Kapasitas Pelaku Usaha IKM Tahu Sokoduwet yang berlangsung di Hotel Horison Kota Pekalongan, Jumat (9/12/2022).

“Di Kelurahan Sokoduwet, saat ini sudah ada 55 orang pengrajin yang bergelut di IKM tahu. Untuk itu, harus terus kita support agar mereka lebih memperkenalkan dan mempromosikan usahanya secara luas,” kata Aaf, sapaan akrab Walikota Pekalongan.

Aaf menambahkan, ada beberapa masukan dari pengrajin tahu supaya mereka bisa difasilitasi sarana dan prasarananya.

Baik berupa alat pengolahan kedelai, pembuatan gapura sentra kampung tahu Sokoduwet agar lebih dikenal masyarakat luas, upaya stabilitas harga kedelai di pasaran, pengolahan limbah yang dihasilkan, dan sebagainya.

“Masukan-masukan segera kita laksanakan dan ditindaklanjuti untuk mendukung keberlangsungan serta kelancaran agar bisa segera diresmikan menjadi Sentra Kampung Tahu Sokoduwet Kota Pekalongan,” imbuhnya.

Menurut Aaf, dicetuskannya Kampung Tahu Sokoduwet ini nantinya juga sebagai salah satu inovasi baru. Tidak hanya tempe, tetapi tahu ini juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat khususnya di Kota Pekalongan.

“Karena banyak dikonsumsi masyarakat, sudah pasti pangsa-pangsanya ada dan tidak perlu dropping tahu dari daerah lain. Tinggal kendala terkait kenaikan harga kedelai, dan sebagainya. Kami tetap dampingi dan support terus,” katanya.

“Mudah-mudahan hal ini menjadi inovasi selanjutnya untuk bisa dikenalkan secara meluas. Sehingga, kota ini tidak hanya dikenal akan kampung batiknya, sektor perikanan, atau  kampung tempe saja, melainkan pengembangan kampung tahu ini tetap harus dilakukan,” pungkasnya.

Kepala Dinperinaker Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso menerangkan bahwa dari data Dinperinaker, para pengrajin tahu Sokoduwet ini dalam produksi usahanya bisa menghabiskan bahan dasar tahu yakni kedelai sekitar 2,5 ton per bulannya.

Sehingga, hal ini menjadi potensi produk yang sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pangan tahu bagi warga Kota Pekalongan dan bisa memasok ke pasar-pasar yang ada.

“Harapan kami, sentra kampung tahu Sokoduwet ini bisa berkembang, para pengrajinnya bisa semakin tumbuh usaha dan omsetnya, serta kebutuhan pangan produk tahu di pasar-pasar bisa terpenuhi dari Kampung Tahu Sokoduwet ini,” kata SBS, sapaan akrab Kepala Dinperinaker.

Ninik Murniasih, Kepala Bidang Perindustrian Dinperinaker menambahkan, bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah sebagai penguatan dan pemberdayaan, serta perlindungan IKM tahu Sokoduwet agar jumlah pengrajin tahu di Kota Pekalongan ini semakin bertambah.

“Kami ingin pengrajin tahu Sokoduwet ini dibentuk lembaga/paguyubannya, sehingga kendala yang ada di IKM tahu tersebut bisa diketahui, seperti mengatasi kenaikan harga kedelai,” katanya.

Pihaknya terus berupaya membantu agar harga kedelai bisa tetap stabil, termasuk dalam pemberdayaan IKM tahu untuk terus dikembangkan hasil olahan produksinya.

“Tidak hanya dibentuk tahu goreng saja, tetapi juga bisa diolah menjadi sempolan, keripik, nugget, pizza tahu dan sebagainya,” tandas Ninik. (em-aha)