Ilustrasi anak penderita gizi buruk. (Foto: ANTARA)

JAKARTA, Eranasional.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan sekitar 110.000 anak balita di DKI Jakarta mengalami stunting. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Heru Budi Hartono mengatakan akan menelusuri penyebabnya.

“Saya akan cek ke Dinas Sosial dan lain-lainnya untuk mengetahui penyebabnya apa,” kata Heru Budi, Rabu (25/1/2022).

Heru menegaskan, dirinya akan mengumpulkan para pejabat eselon II dan instansi terkait untuk mencari solusi atas temuan BKKBN tersebut.

Meski begitu, dia mengatakan, Pemprov DKI sudah membuat program Jakarta Sehat, Subsidi Pangan, dan Kartu Anak Jakarta sebagai program kesejahteraan rakyat.

“Pemprov DKI sudah banyak memberikan, ada Kartu Jakarta Sehat, ada Kartu Subsidi Pangan, Kartu Anak Jakarta, itu harus dimanfaatkan. Saya akan teliti kenapa bisa ada tengkes (stunting),” ucapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta per September 2022, ada 494.000 warga miskin di DKI Jakarta. Jumlah tersebut menurut dibandingkan Maret 2022, yang mencapai 502.000 orang.

Adapun persentase jumlah penduduk miskin itu di Jakarta menjadi 4,61 persen dari total penduduk di Jakarta yang mencapai sekitar 10,6 juta orang.

Temuan BKKBN, 110.000 Balita di Jakarta Mengalami Stunting

Sebelumnya, BKKBN menyatakan anak-anak yang tumbuh di DKI Jakarta belum bisa dinyatakan bebas dari bahaya tengkes (stunting). BKKBN masih menemukan kasus stunting di Ibu Kota.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyampaikan setidaknya ada sekitar 790.000 balita di Jakarta. Namun angka prevalensi kasus tengkes sampai saat ini masih menyentuh 14 persen atau sekitar 110.000 balita.

“Bisa dibayangkan kalau stunting-nya 14 persen. Berarti masih ada sekitar 110.000 balita stunting di DKI Jakarta yang mengalami stunting. Wajar kalau di Pejaten masih ada 19 anak gizi buruk,” ungkap Hasto, Kamis (12/1).

Sebanyak 19 anak di Kelurahan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dinyatakan menderita gizi buruk dan punya penyakit penyerta. Penemuan tersebut diketahui berdasarkan hasil identifikasi petugas kelurahan dan puskesmas di Pejaten Barat pada September 2022.

Menurut data BKKBN, Provinsi Bali menjadi daerah dengan kasus tengkes paling rendah di Indonesia, kemudian disusul DKI Jakarta menjadi daerah kedua dengan angka prevalensi rendah.