Berangkat dari situ, lanjut Fairid, muncul pertanyaan, apa yang membuat Kota Palangka Raya berhak mendapatkan Adipura. Katanya, sebenarnya sudah cukup lama melakukan penataan TPA, dan tidak ada lagi timbulan sampah, infrastukrutnya diperbaiki, melakukan penghijauan lingkungan, dan sistem tidak melakukan open dumping (tertutup).

“Di TPA sendiri kita juga mengupayakan penambahan alat-alat, yang tadinya hanya memiliki satu alat eskavator, sekarang ada tiga dan satu loder, juga penambahan-penambahan seperti truk. Itu untuk pengelolaan di TPA termasuk sampai dengan gas metan yang dihasilkan oleh sampai tersebut kita salurkan untuk perumahan-perumahan yang ada di sekitarnya,” ungkapnya.

Setelah melakukan penataan TPA, kata Fairid, Pemkot Palangka Raya juga berkonsultasi dengan pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), ternyata tidak hanya selesai pada TPA saja.

Jelas Fairid, nilai yang cukup penting adalah bagaimana mengurangi timbulnya sampah yang di antar ke TPA. “Dari masyarakat, sampah rumah tangga, itu bagaimana nih, apakah ada pengurangan sampah disaring dulu atau langsung di TPA. Jadi targetnya apakah ada pengurangan sampah,” jelas Fairid. “Dari hulu sampai hilir harus tertangani,” sambungnya.

Keberhasilan Kota Palangka Raya meraih Adipura diposting Fairid Napirin di akun Instagram pribadinya, @faridnaparin. “Adipura, Alhamdulillah,” tulis Fairid.

Terakhir Kota Palangka Raya meraih Piala Adipura 25 tahun silam. Tentunya prestasi membanggakan ini menjadi catatan tersendiri bagi Pemkot Cantik Palangka Raya.

Fairid berharap, di tahun 2023 Kota Palangka Raya mampu mempertahankan prestasi ini.