YOGYAKARTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memutuskan membuka Malioboro untuk wisatawan akhir pekan ini. Namun, ada batasan kuota pengunjung di setiap zona.
Keputusan tersebut diambil karena adanya peningkatan jumlah pengunjung pada hari raya Isra Mikraj, Kamis (11/3/2021). Untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan mulai Jumat (12/3) hingga Minggu (14/3), aturan itu dibuat.
“Jadi, untuk long weekend kali ini kami turunkan kapasitas pengunjung menjadi 400 (orang per zona). Semua itu untuk mengantisipasi supaya Malioboro tidak menjadi klaster Covid-19 akibat kerumunan,” kata Kepala UPT Cagar Budaya Kota Yogyakarta Ekwanto saat dihubungi wartawan, Jumat (12/3/2021).
Sebelumnya, di setiap zona di kawasan Malioboro jumlah pengunjung dibatasi hingga 500 orang. Artinya, selama long weekend, seratus pengunjung per zona berkurang.
Aturan itu bertujuan jika kepadatan lebih dari 400 orang di setiap zona, petugas atau siaran radio akan mengurai kerumunan.
Menurutnya, langkah ini terbukti efektif mengantisipasi keramaian, meski pelaksanaannya di lapangan cukup sulit. Ekwanto mengatakan jumlah petugas terbatas.
“Meskipun berat juga, karena keterbatasan jumlah petugas Jogoboro,” ujarnya.
Dilansir dari detikcom pada Kamis (11/3) jumlah pengunjung di Malioboro memang meningkat dibanding hari biasanya.
“Meskipun ada kenaikan, tapi masih belum signifikan. Karena itu untuk pelayanan Jogoboro, memang belum ada penanganan khusus,” katanya.
Meski demikian, Ekwanto sudah berkoordinasi dengan jajaran Satpol PP untuk menjaga kawasan Malioboro dari keramaian. Selain itu, pengelolaan Malioboro melibatkan TNI, Polri, dan Dinas Perhubungan.
Sementara itu, Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Rini Hapsari mengatakan, peningkatan jumlah wisatawan ke Malioboro memiliki sisi cerah. Pasalnya, perekonomian di Malioboro bisa kembali hidup.
“Alhamdulillah, saya lihat tadi Malioboro ramai. Tentunya senang ya, di satu sisi, karena teman-teman PKL, restoran, hotel dan pelaku pariwisata pasti bersyukur, karena para wisatawan berdatangan,” ujarnya saat dihubungi wartawan.
Namun, ia masih menemukan masih ada wisatawan yang belum menerapkan protokol kesehatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya mengimbau pemerintah melibatkan para pedagang dan seluruh pelaku pariwisata Malioboro karena terbatasnya jumlah Jogoboro.
“Kalau lihat begitu (langgar prokes) di Malioboro, ya tanyakan, ‘maskernya mana’, kalau mau beli nggak pakai masker, jangan diterima. Saling menjagalah. Makanya, libatkan pedagang untuk ikut serta mendisiplinkan protokol kesehatan,” ujarnya. (red/***)
Tinggalkan Balasan