Jakarta, ERANASIONAL.COM – Gempa bumi yang terjadi di Tuban, Jawa Timur berada pada kedalaman 10 KM di bawah laut. Menurut spesialis gempa dan tsunami BMKG, Daryono, gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa,” ujar Daryono saat berbincang, Jumat (20/3/2024).

Daryono mengatakan, dari hasil analisis mekanisme, gempa bumi tersebut terjadi karena adanya pergeseran di bawah laut.

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser ( strike-slip ),” tambahnya.

Menurut Daryono, hingga saat ini sudah terjadi 49 kali gempa bumi susulan hingga pukul 17.16 WIB.

Dan wilayah paling terdampak adalah Pulau Bawean dengan intensitas V-VI MMI ( getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, barang-barang/pajangan terpelanting, terjadi kerusakan ringan).

Lalu gempa juga terasa di Blora, Madura, Gresik, Surabaya, Kab. Banjar dengan skala intensitas III-IV MMI ( Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah). Daerah Mojokerto, Banjar Baru, Sampit, Banjarmasi, Martapura, Balikpapan, Tanah Grogot, Malang, Lumajang, Madiun, Nganjuk, Pasuruan, Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Semarang dengan skala intensitas II-III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu ).

Dan daerah Yogyakarta, Kulon Progo, Kebumen, Temanggung, Blitar dan Solo dengan skala intensitas II MMI ( Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).

Berdasarkan laporan dari masyarakat gempabumi ini menimbulkan kerusakan di Pulau Bawean.

“Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa,” ujar Daryono.

“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda,” tambah Daryono.