Karena itulah, lanjut Mensos Risma, Kementerian Sosial membangun lumbung sosial yang lokasinya tersebar.

Tidak harus di pusat pemerintahan seperti ibu kota kabupaten, tetapi di beberapa titik yang rawan bencana baik tingkat kecamatan atau desa, sehingga distribusi bisa cepat dilakukan.

Mensos Risma mengambil contoh, di Papua, untuk membangun lumbung sosial Kemensos bekerja sama dengan gereja dan mesjid untuk menitipkan buffer stock.

Menurutnya, gereja atau mesjid adalah potensi sumber paling dekat dengan komunitas sehingga masyarakat bisa langsung mengakses lumbung sosial saat terjadi bencana.

Hingga saat ini Kemensos sudah membangun lebih dari 600 lumbung yang tersebar di daerah rawan bencana di seluruh Indonesia.

Pemerintah Kabupaten Tana Toraja diminta Mensos Risma untuk menghitung kebutuhan buffer stock.

Logistik yang disimpan lumbung dapat berupa solar cell, air bersih, tandon air, dan bantuan darurat lainnya.

“Masyarakat tidak akan takut kelaparan, karena sudah ada lumbung. Mereka bisa mandiri,” ungkapnya. []