Jakarta, ERANASIONAL.COM – Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) memfasilitasi 12 lembaga dan masyarakat adat di sekitar IKN maupun Kalimantan Timur untuk selenggarakan ritual adat Dayak dan Paser. Sebagai bentuk restu dari leluhur untuk pembangunan IKN di tanah Kalimantan agar berjalan lancar dan aman.

Pada pelaksanaannya, ritual adat 2024 ini berlangsung selama dua hari, yakni dibuka Sabtu (11/5/2024) dan ditutup pada Minggu (12/5/2024).

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono mengungkapkan, ritual adat ini merupakan tradisi masyarakat Dayak untuk meminta izin kepada leluhur mereka sebelum mendirikan kampung atau bangunan di tanah mereka, dalam hal ini adalah IKN sebagai ibu kota baru Indonesia, yang dibangun di wilayah Kalimantan Timur.

“Sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Dayak maupun warga Paser untuk mengadakan ritual setiap kali ada bangunan baru atau kampung baru. Ritual adat ini diyakini sebagai cara untuk meminta izin kepada roh leluhur mereka, sehingga dengan melakukan ritual adat ini, mereka dapat terhindar dari bala bencana,” ujarnya, Sabtu (11/5/2024).

Bambang menambahkan, pelaksanaan ritual adat ini merupakan manifestasi dari kolaborasi antara Otorita IKN dengan masyarakat dan lembaga adat untuk melestarikan adat istiadat lokal.

“Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, tercipta hubungan yang harmonis antara Otorita IKN dengan masyarakat dan lembaga adat dan juga bergandengan tangan di dalam membangun IKN. Merupakan upaya partisipasi dari masyarakat dan lembaga adat untuk sama-sama membangun IKN termasuk di dalamnya juga memelihara adat istiadat,” imbuhnya.

Selain mengadakan kegiatan ritual adat sebagai upaya pelestarian budaya lokal, Otorita IKN juga telah melakukan pelestarian budaya dengan dua cara, yakni culture experience dan culture knowledge.

“Culture experience dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti ritual adat yang dilakukan hari ini, kemudian kompetisi olahraga tradisional seperti sumpit yang merupakan salah satu objek pemajuan kebudayaan dan seni pertunjukan dalam kegiatan-kegiatan seremonial seperti tari-tarian,” terangnya.

“Culture knowledge dengan beragam kegiatan seperti rembuk budaya, focus group discussion (FGD) pengembangan kebudayaan, penyusunan rencana induk kebudayaan dan pengembangan museum kehidupan (living museum),” jelas Bambang Susantono.