Pekalongan, ERANASIONAL.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan melalui Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker) menggelar program Padat Karya Normalisasi Sungai Lodji yang melibatkan 58 warga dari Kelurahan Kauman dan Bendan Kergon.
Plt Wali Kota Pekalongan, Salahudin yang membuka kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa, padat karya difokuskan pada pembersihan eceng gondok di sepanjang aliran Sungai Lodji.
“Terutama Jembatan Gambaran ke Utara dan Selatan, wilayah Kauman hingga Bendan Kergon yakni dari jagalan sampai jembatan Hayam Wuruk,” kata Salahudin, Senin, 21 Oktober 2024.
Menurutnya, program padat karya ini dilakukan selain untuk membantu pembersihan juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar, memupuk rasa kebersamaan, gotong royong, partisipasi masyarakat, dan mengurangi angka pengangguran.

“Sekaligus mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar. Dengan harapan, mereka bisa menularkan kegiatan positif ini agar masyarakat tidak membuang sampah maupun limbah ke sungai,” ucapnya.
Lanjut dia, dalam kegiatan ini, masyarakat yang ikut serta melakukan pembersihan eceng gondok menggunakan jangkar yang ditarik, sabit, dan armada perahu DLH untuk mempercepat pembersihan.
Mereka yang ikut terlibat dalam program ini, diutamakan yang tinggal di pinggiran sungai. Mereka akan mendapatkan bantuan transport (banpot) sebesar Rp50 ribu untuk bekerja setengah hari selama 15 hari ke depan.
“Kegiatan padat karya ini kami mulai dari titik-titik aliran sungai yang ada di pinggir jalan, dan akan berkelanjutan ke titik-titik aliran sungai lain yang terdapat banyak tumpukan eceng gondok maupun sampah,” tegasnya.
Mashuri, salah satu warga Kauman yang kesehariannya sebagai pedagang ini mengaku senang karena ikut dilibatkan pada program padat karya pembersihan eceng gondok.
“Selain ikut bersih-bersih, saya rencananya juga ingin mencari dan mengumpulkan limbah eceng gondok ini untuk bisa diolah menjadi kerajinan seperti tas, sepatu, sandal, dan sebagainya,” tutur Mashuri.
Terlebih, saat ini masih banyak warga yang menganggur, sehingga pihaknya ingin mengajak warga agar bisa memanfaatkan limbah eceng gondok ini untuk menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi.
“Kalau panjang eceng gondok ini memenuhi syarat. Saya ingin mengumpulkan limbah eceng gondok ini untuk kemudian dijemur kurang lebih 2 minggu. Setelah eceng gondok ini kering bisa diolah menjadi kerajinan,” ujarnya.
Ia mengaku, bahwa dirinya pernah memproduksi eceng gondok sendiri. Bahkan, ia membeli eceng gondok itu di daerah Rawa Pening untuk dijadikan kerajinan.
“Untuk kerajinan sandal yang terbuat dari eceng gondok harga jualnya kisaran Rp20 ribu, tas bisa mencapai Rp100 ribuan. Terlebih, kerajinan eceng gondok ini lebih awet dan bisa diekspor hingga beberapa negara seperti Jepang, Perancis, dan lain-lain,” pungkasnya. (em-aha)
Tinggalkan Balasan