JAKARTA – Klaim Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahwa permukiman RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur bebas banjir kembali tak terbukti.
Pada Rabu (14/4/2021) permukiman warga RW 04 Kelurahan Cipinang Melayu yang pada tanggal 9 Februari 2021 lalu dikunjungi Anies terendam banjir luapan Kali Sunter hingga ketinggian satu meter.
Yati, warga setempat mengatakan banjir luapan Kali Sunter imbas hujan deras mulai menjamah permukiman warga sekira pukul 18.30 WIB dan mencapai titik tertinggi sekira pukul 21.00 WIB.
“Kenaikan tinggi airnya cepat, cepat banget. Kalau selama tahun 2021 ini sudah ada tiga sampai empat kali kebanjiran lah,” kata Yati di Makasar, Jakarta Timur, Rabu (14/4/2021).
Banjir paling parah di tahun 2021 terjadi pada 20 Februari lalu dengan ketinggian sekitar tiga meter sehingga memaksa ribuan jiwa warga RW 04 mengungsi ke enam lokasi posko pengungsian.
Meski banjir kali ini tidak separah pada bulan Februari 2021 lalu namun Yati menuturkan dirinya tetap harus mengungsi ke Sekretariat RW 04 yang secara kontur tanah berada di lokasi lebih tinggi.
“Ini mau mengungsi. Kalau bisa ditanggullah (Kali Sunter) biar enggak sering banjir. Ini tadi mulai agak surut airnya sekira pukul 23.00 WIB, surut jadi ketinggian sekitar 60 sentimeter,” ujarnya.
Sebelumnya, saat mengunjungi permukiman warga RW 04 pada Selasa (9/2/2021) malam Anies menyatakan banjir luapan Kali Sunter yang jadi masalah sejak lama kini terselesaikan.
Klaim Anies kala itu berdasar karena pada Senin (8/2/2021) dan Selasa (9/2/2021) saat BMKG menyatakan Jakarta berstatus siaga banjir permukiman warga RW 04 Cipinang Melayu bebas banjir.
Menurutnya upaya mengendalikan debit air Kali Sunter dengan membuat sodetan ke Waduk Pondok Ranggon dan Waduk Tiu di Kecamatan Cipayung berhasil menyelesaikan banjir di RW 04.
“Dengan cara seperti itu, Alhamdulilah kita dimudahkan untuk bisa mengendalikan volume air di tempat ini. Kawasan RW 04 Cipinang Melayu akhirnya warga bisa merasakan musim penghujan tanpa harus merasakan banjir,” tutur Anies, Selasa (9/2/2021).
Anies Pamer Foto Cipinang Melayu Bebas Banjir,
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pamer keberhasilannya mengatasi banjir di kawasan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur.
Dalam unggahan di akun instagramnya (@aniesbaswedan), mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini membandingkan kondisi terkini Cipinang Melayu dengan banjir yang terjadi pada 2017 lalu.
Ketika itu, Anies masih menjadi calon gubernur, sedangkan tampuk kepemimpinan DKI masih dikuasai Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.
“Foto pertama adalah ketika pertama kali bertemu dengan Ibu Rumiati, warga RW 04 Cipinang Melayu pada masa kampanye 2017. Bahagia sekali tadi malam dapat berjumpa kembali dengan beliau dalam keadaan sehat dan tidak berbasah-basahan,” tulis Anies, Rabu (10/2/2021).
Anies bersyukur, wilayah tersebut tahun ini tak kebanjiran. Padahal, biasanya daerah Cipinang Melayu selalu terendam setiap tahunnya.
Warga Cipinang Melayu pun kini bisa tenang dan tak khawatir lagi dilanda bencana banjir seperti yang kerap mereka alami tahun-tahun sebelumnya.
“Bahkan tahun lalu terendam sampai 3 meter. Tapi, pada musim penghujan kali ini tak diterjang banjir,” ujarnya.
Keberhasilan mengatasi banjir di wilayah itu disebut Anies, merupakan hasil kerja keras jajarannya yang telah belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, sehingga tahun ini kawasan Cipinang Melayu bisa bebas dari banjir.
“Kami memberikan perhatian dan penanganan menyeluruh dari hulu Kali Sunter yang kerap kali menjadi penyebab utama dari luapan air ke kampung tersebut,” kata Anies.
Meski Cipinang Melayu kini bebas banjir, tidak demikian dengan kawasan lain, seperti Kampung Melayu, Bidara Cina, Rawajati, dan Pejaten Timur yang kembali tergenang.
Bahkan, banjir berlangsung selama tiga hari, sejak Minggu (7/2/2021) hingga pagi tadi.
Padahal, Gubernur Anies Baswedan sempat mengklaim banjir bisa surut dalam kurun waktu kurang dari 6 jam.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berkilah, banjir yang terjadi bukan disebabkan oleh curah hujan, melainkan air kiriman dari wilayah hulu.
“Jadi harus dibedakan banjir yang disebabkan karena genangan, yang hanya sebagai genangan atau banjir yang disebabkan karena datang dari banjir bandang,” ucapnya, Senin (9/2/2021) malam.
Politisi Gerindra ini mencontohkan banjir yang terjadi di kawasan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, dimana penyebab utamanya merupakan luapan Kali Ciliwung.
“Di Pejaten Timur itu kan adanya banjir disebabkan karena aliran air yang datang dari Katulampa, yang dari daerah lain, daerah tetangga yang masuk ke Jakarta,” ujarnya di Balai Kota.
“Ada peningkatan curah hujan disana, kemudian masuk ke Jakarta,” tambahnya menjelaskan.
Ia pun berdalih, instruksi Anies agar banjir surut dalam waktu kurang dari enam jam hanya berlaku untuk genangan yang terjadi karena tingginya curah hujan.
Ariza mengklaim, instruksi ini telah dijalankan dengan baik, sehingga genangan yang muncul akibat tingginya curah hujan bisa surut dengan cepat.
“Untuk genangan lainnya itu alhamdulillah sebagaimana instruksi pak gubernur diusahakan tidak boleh lebih dari 6 jam. Kemudian, ada yang meningkat juga, naik hanya 3 jam, hanya 2 jam, hanya satu jam,” tuturnya. (*)
Tinggalkan Balasan