Menurutnya, dengan begitu, makna Idulfitri bisa lebih luas dirasakan. Tidak hanya secara sosial, tapi juga bagi kelestarian lingkungan.
Berdasarkan data DLHK Kota Depok, timbunan sampah pada malam takbiran hingga Hari Raya pertama (H+1) Lebaran mencapai 1.100 ton.
Meskipun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tutup pada Hari Raya kedua (H+2), DLHK Kota Depok tetap mengoperasikan sembilan armada Satgas dan berhasil mengangkut sekitar 120 ton sampah.
Layanan pengangkutan sampah kembali normal pada Hari Raya ketiga (H+3) dengan volume mencapai 870 ton.

“Rata-rata timbulan sampah harian di Kota Depok sendiri berada di angka 1.300 ton,” ungkapnya.
Jenis sampah yang paling mendominasi selama masa Lebaran adalah sampah domestik, seperti sisa makanan, plastik, kertas, logam, kain, dan barang-barang bekas rumah tangga lainnya.
Meski tantangan meningkat, DLHK menegaskan bahwa kolaborasi warga sangat dibutuhkan dalam menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.
“Kami mengapresiasi para petugas lapangan yang tetap siaga selama libur Idulfitri. Namun, tentu kami juga sangat berharap peran aktif masyarakat dalam mengelola sampah dengan bijak,” tambahnya.
Sebagai langkah jangka panjang, DLHK terus mendorong masyarakat untuk menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R) dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di masa perayaan besar seperti Lebaran.
“Idulfitri adalah momen kemenangan. Mari kita rayakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan, demi Depok yang lebih bersih dan berkelanjutan,” tutup Abdul Rahman.
Tinggalkan Balasan