Pekalongan, ERANASIONAL.COM – Untuk pertama kalinya, Masjid Agung Al Jami’ Pekalongan yang terletak di pusat kota, tepatnya di depan Alun-Alun ini berhasil memanen buah kurma dari salah satu pohon kurma yang telah ditanam sejak sekitar 23 tahun lalu.

Pengelola Masjid Agung Al Jami’ Pekalongan, Giyatno, menceritakan bahwa, perjalanan pohon kurma ini menuju panen cukup berliku dan melalui proses panjang penuh pembelajaran serta perawatan.

Pada awal 2022, pohon mulai menunjukkan tanda berbuah dengan muncul satu manggar, namun karena belum memiliki pengetahuan yang cukup, perawatan belum maksimal, sehingga seluruh manggarnya rontok.

Hal serupa terjadi di tahun 2023, ketika satu manggar kembali muncul, tumbuh cukup besar, tetapi tetap gagal bertahan hingga matang.

“Alhamdulillah, di akhir Maret 2025 kemarin, pohon ini kembali berbuah. Setelah lima bulan perawatan intensif, akhirnya di bulan Agustus ini kita bisa memanen buahnya untuk pertama kali,” ujar Giyatno di Halaman Masjid Agung Al Jami’ Pekalongan, Rabu siang (13/8/2025).

Giyatno menyebut, dari tiga pohon kurma yang dulunya ditanam di lingkungan masjid, kini hanya tersisa dua.

Pohon yang terletak di sisi selatan sudah ditebang karena batangnya keropos, sedangkan panen perdana ini berasal dari pohon kurma yang berada di bagian tengah masjid, tepat menghadap Alun-Alun Kota Pekalongan.

Jenis kurma yang dipanen belum diketahui secara pasti, namun kondisi buahnya sudah matang sekitar 90%, dengan estimasi hasil panen mencapai 50–70 kilogram.

Buah kurma hasil panen ini rencananya akan dibagikan untuk dikonsumsi oleh pengurus masjid dan jamaah yang membutuhkan.

Menariknya, beberapa masyarakat, khususnya jamaah perempuan, sudah menghubungi pihak masjid untuk meminta buah kurma ini sebagai bagian dari ikhtiar program kehamilan (promil).

Disampaikan Giyatno, selain di Masjid Agung Al Jami’ Kauman, kurma juga tumbuh di sekitar Masjid Al Ikhlas Jetayu. Namun, kurma di lokasi tersebut meskipun sudah berbuah, belum bisa matang sempurna.

Perbedaan media tanah antara Indonesia khususnya Kota Pekalongan dan Arab, yang di sana cenderung berpasir, turut memengaruhi hasil dan kualitas buah.

“Untuk perawatan, pihak pengelola melakukan pemeliharaan empat kali dalam sebulan. Tahap pertama adalah pengocoran untuk pembenahan tanah, tahap kedua memacu kemunculan manggar,” jelasnya.

Tahap ketiga pengocoran ulang, dan tahap terakhir saat buah mulai muncul diberikan perawatan tambahan untuk memanis­kan rasa dan membuat tekstur buah lebih tebal.

Ia menambahkan, panen kurma biasanya dilakukan pada usia 130–150 hari sejak manggar muncul. Pohon kurma di masjid ini sendiri berasal dari hibah jamaah.

Meski ilmu perawatan awalnya didapat secara otodidak, pengelola juga pernah mengikuti workshop pertanian dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan.

“Dari pengalaman ini, kami belajar bahwa kesabaran dan ketekunan dalam merawat tanaman bisa membuahkan hasil yang memuaskan. Insyaallah, ke depan panen akan lebih rutin dan berkualitas,” pungkasnya. (em-aha)