Pekalongan, ERANASIONAL.COM – Kota Pekalongan kembali mencatat capaian penting dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Melalui kolaborasi lintas sektor, lahan eks rob yang selama ini terbengkalai berhasil disulap menjadi lahan produktif.
Keberhasilan tersebut bahkan mulai ditularkan ke daerah lain di sepanjang jalur Pantura.
Wakil Wali Kota (Wawalkot) Pekalongan, Balgis Diab, menjelaskan bahwa, program pemanfaatan lahan eks rob ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam Program Asta Cita yang kedua tentang penguatan ketahanan pangan.
Untuk program pemanfaatan lahan eks rob menjadi lahan produktif ini sesuai dengan arahan Presiden.

“Maka, kita wajib melaksanakan program ketahanan pangan ini. Karena lahan eks rob ini sangat rumit dan banyak sekali permasalahannya,” ujarnya.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal, Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BRMP Biogen) Kementerian Pertanian Bogor.
“BRMP Biogen Provinsi Jawa Tengah, TNI Kodim 0710/Pekalongan hingga Dinperpa Kota Pekalongan,” jelas Wawalkot Balgis di Hotel Howard Johnson (Hojo) Pekalongan, Senin (25/8/2025).
Ia menambahkan, dengan jumlah lahan eks rob yang cukup banyak di Kota Pekalongan, pihaknya berkomitmen mengembalikan fungsi lahan menjadi produktif secara bertahap.
“Harapannya, lahan yang semula mati bisa diproduktifkan kembali, berkelanjutan, dan bukan hanya sekadar ceremonial,” tegasnya.
Kepala KPw BI Tegal, Bimala, mengungkapkan bahwa, keberhasilan ini berawal dari uji coba demplot di Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara.
“Sebetulnya acara Capacity Building Perluasan Remediasi Lahan Pertanian ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan panen eks rob di Kelurahan Degayu. Dari demplot awal 1,5 hektar, kini sudah berkembang menjadi 40 hektar,” terang Bimala.
Ia menjelaskan, hasil panen menggunakan varietas Padi Biosalin I mampu mencapai 4,2–5,7 ton per hektar, sementara Biosalin II menghasilkan 4,8–6 ton per hektar. Capaian ini menurutnya luar biasa untuk lahan yang sebelumnya tidak produktif.
“Alhamdulillah, keberhasilan panen Padi Biosalin di Kota Pekalongan bisa ditularkan ke wilayah lain di sepanjang Pantura maupun eks karesidenan Pekalongan. Kami ingin semuanya mengimplementasikan hal serupa,” tambahnya.
Bimala juga mengapresiasi langkah Pemkot Pekalongan yang lebih dulu membangun tanggul sebagai sistem penanganan banjir dan rob, sehingga remediasi lahan lebih mudah dilakukan.
Kepala Dinperpa Kota Pekalongan, Lili Sulistyowati, menyebutkan bahwa, pada akhir 2024 Kota Pekalongan saat itu baru memulai dengan demplot 1,3 hektar. Namun, hasil yang baik membuat perluasan lahan dilakukan cepat.
“Alhamdulillah, dari demplot 1,3 hektar kini sudah mencapai 40 hektar. Total pagu sawah di Kota Pekalongan ada 721 hektar, dan dari jumlah tersebut, terdapat potensi sekitar 95 hektar lahan eks rob di Kelurahan Krapyak dan Degayu yang bisa dimanfaatkan kembali untuk pertanian,” ungkap Lili.
Keberhasilan Pekalongan ini mendapat dukungan penuh dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BRMP Biogen) Kementan Bogor.
Kepala BRMP Biogen, Arif Surahman, menjelaskan bahwa, masalah intrusi salin bukan hanya dialami Pekalongan, melainkan juga di banyak wilayah pesisir Indonesia.
“Secara nasional ada sekitar 400.000 hektar lahan yang terkena intrusi salin. Itu potensi besar untuk mendukung Asta Cita kedua. Dengan teknologi Padi Biosalin I dan II, lahan tersebut bisa kembali produktif,” kata Arif.
Ia menambahkan, varietas Biosalin memiliki produktivitas tinggi, yakni hingga 8,7 ton per hektar untuk Biosalin I dan 9,2 ton per hektar untuk Biosalin II bila sudah adaptif dengan kondisi lahan.
“Di Kota Pekalongan, kami melihat potensi luar biasa karena lahan eks rob yang selama 8 tahun tidak produktif kini bisa ditanami lagi. Dengan dukungan Pemkot dan BI Tegal, hasil awal sudah bagus dan bisa ditingkatkan ke depan,” tegasnya.
Menurutnya, keberhasilan Kota Pekalongan mengubah lahan eks rob menjadi lumbung pangan baru, menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di sepanjang Pantura.
Dari hasil uji coba terbatas, kini lahannya semakin luas dan produktif, memberikan harapan baru bagi masyarakat pesisir yang selama ini terdampak rob.
“Program ini sekaligus membuktikan bahwa dengan kolaborasi pemerintah, lembaga keuangan, peneliti, dan masyarakat, permasalahan lingkungan bisa diubah menjadi peluang ekonomi dan ketahanan pangan,” tukasnya. (em-aha)
Tinggalkan Balasan