Beberapa jenis produk yang diekspor dari Kota Pekalongan ke pasar global.

Pekalongan – Nilai ekspor Kota Pekalongan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan, meskipun dari tahun 2019-2022 mengalami masa pandemi.

Kota Pekalongan menjadi daerah penyokong eskpor produk-produk kerajinan, terutama batik yang telah tersohor mendunia.

Tahun 2019, nilai ekspor yang didapat dari 21 orang pelaku usaha (eksportir) di Kota Pekalongan sekitar 22.692.392 USD. Lalu, tahun 2020 mengalami kenaikan sekitar 3 jutaan USD yakni 25.173.394 USD.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Kadindagkop-UKM) Kota Pekalongan Budiyanto, Selasa, (14/6/2022).

“Untuk tahun 2021, walaupun pandemi saat itu masih tinggi kasusnya dan ada sejumlah pembatasan, volume jumlah produk asal Kota Pekalongan yang dieskpor berkurang tetapi nilai ekspornya tetap bertambah menjadi 30.263.567 USD,” terangnya.

Budi menambahkan, sedangkan untuk awal tahun 2022 hingga bulan April lalu, tercatat ada 11 orang pelaku usaha yang baru melakukan ekspor dengan nilai ekspor sekitar 7.495.602 USD.

“Beberapa produk yang diekspor asal Kota Pekalongan ke pasar global diantaranya pakaian jadi batik, kain batik, sarang burung walet, olahan hasil perikanan, frozen food, sarung palekat, material fibric, dan sebagainya ke sejumlah negara Eropa, Asia, dan Australia,” ujarnya.

Pihaknya memberikan kiat yang perlu ditekuni untuk melakukan ekspor kepada para pelaku usaha pemula diantaranya kualitas, kuantitas, konjungitas, trust (kepercayaan). Jangan sampai kita sebagai pelaku usaha berbohong kepada konsumen di negara yang akan dituju.

“Kalau pelaku usaha sudah melakukan ekspor, kebanyakan mereka sudah tidak mau hanya berjualan di pasar dalam negeri saja. Mereka menginginkan perluasan usahanya melalui bisnis ekspor karena keuntungannya banyak dan menggunakan mata uang asing seperti dolar, euro, dan sebagainya,” pungkasnya. (*)