Pekalongan – Angka inflasi di wilayah eks karesidenan Pekalongan pada November sudah menurun yakni 6,63 dari yang sebelumnya 7,18.
Namun demikian, sejumlah upaya terus dilakukan untuk terus menekan angka tersebut, diantaranya melalui gelaran bazar pangan murah dan UMKM yang diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah bersama dengan Badan Pangan Nasional (BAPANAS) RI yang berlangsung di gedung eks pendopo kabupaten Pekalongan, Kamis (10/11/2022).
Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid mengatakan, bahwa kota Pekalongan mempunyai potensi yang sangat luar biasa baik sebagai penghasil pertanian dan pengolahan bahan baku makanan.
“Ada beberapa produk yang dihasilkan dari kota Pekalongan seperti krupuk, kripik, jamu dari rempah, olahan ikan, sayur, buah semuanya luar biasa, tinggal pemaksimalannya saja. Mudah-mudahan kami bisa memberikan inspirasi kepada kota/kabupaten yang lain bagaimana tentang ketahanan pangan terutama di lingkup pemerintah kota dan kabupaten Pekalongan,” katanya.
Aaf, panggilan akrab Walikota Pekalongan menambahkan, jika selama pandemi sektor pertanian tidak begitu terdampak dan lebih meningkat.
Berdasarkan data dari BPS, saat ini lahan hijau yang bisa ditanami lebih kecil dibandingkan dengan jumlah luas pekarangan rumah, hanya saja masyarakat belum memaksimalkan momen tersebut.
“Mari, kita jadikan lingkungan dan diri kita pahlawan pangan yang bisa membantu kebutuhan dan ketahanan pangan di Jawa Tengah,” ajaknya.
Sementara itu, Sekretaris Utama BAPANAS, Sarwo Edhy menuturkan bahwa gelaran bazar pangan murah dan UMKM merupakan salah satu tugas untuk menstabilkan jumlah bahan pangan di suatu daerah dan memberikan pembinaan terhadap UMKM agar melakukan pengolahan makanan pokok khas Indonesia lainnya untuk menjadi bahan pangan pengganti nasi.
“Program diversifikasi atau penganekaragaman pangan harus kita galakkan, sehingga kenyang tidak harus nasi. Oleh karena itu, tadi saya keliling dengan pak Walikota banyak makanan-makanan diversifikasi yang berasal dari jagung, sagu, ubi jalar dan singkong. Itulah yang harus kita sosialisaikan,” katanya.
Menurutnya, lahan pertanian di Indonesia saat ini sangat terbatas sementara jumlah penduduk mencapai 237 juta jiwa. Artinya, produksi beras dibutuhkan lebih banyak dibandingkan apa yang dihasilkan saat ini.
“Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan yang berbahan baku karbohidrat. Jadi, kalau sudah makan jagung tidak perlu makan nasi, tapi tetap ada lauk pauknya, sayuran, buah-buahan, protein dan sebagainya,” pungkasnya.
Dalam bazar tersebut BAPANAS memberikan subsidi sejumlah bahan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, telur, tepung, bawang merah dan bawang putih, sayur, buah dan komoditas lainnya. (em-aha)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan