”Harapan kami, seluruh anggota kelompok untuk terus secara bersama-sama mempertahankan kinerja yang telah cukup baik ini. Dan kami BPBAP Ujung Batee siap melakukan pembinaan secara kontinyu kepada petambak yang membutuhkan di seluruh Aceh agar peningkatan produksi perikanan dapat terealisasi dengan baik sehingga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan di wilayah pesisir Aceh”, kata Tahang.

Panen bagian pertama dilakukan pada 60 hari Hari Budaya (DOC), mengumpulkan 10-15% dari populasi yang dibudidayakan. Beberapa keuntungan pemanenan parsial antara lain: mengurangi kepadatan udang di dalam tambak dapat menjaga kualitas air dan mengurangi limbah, sehingga mengurangi resiko udang mengalami stress sehingga meningkatkan produktivitas, karena nantinya akan mendapatkan udang berukuran besar tentunya Udang besar juga menawarkan harga yang lebih tinggi sehingga meningkatkan keuntungan.

Di saat yang sama, di lokasi yang sama, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Rahmat Rayeuk Zakaria Husen mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bagian pertama panen. Alhamdullillah menyampaikan atas nama perwakilan rombongan, pihaknya senang dan puas dengan hasil yang diraih selama ini. Terima kasih kepada seluruh tim BPBAP Ujung Batee yang telah memberikan bantuan teknis kepada kami selama ini. Kami berharap hasil panen per unit tanaman akan semakin meningkat di masa mendatang. Tentunya dibawah binaan BPBAP Ujung Batee.

“Ini adalah panen parsial pertama, tidak semua udang yang dipanen, yang dipanen adalah udang masa pemeliharaan 60 hari. Dan nantinya ada panen parsial dua kali lagi yakni panen parsial ke 2 tepatnya pada umur 80-85 hari, dengan target sekitar 4 ton, size 75. Selanjutnya panen parsial ke 3 pada umur 95-100 hari dengan pengambilan populasi udang sebanyak 50%, size 50. Selanjutnya panen total dengan target 13,5 ton dengan size 42-45”, ujar Zakaria.

Dari panen ini, lanjut Zakaria, udang vanam yang sudah dipanen sebagian dibeli langsung dari wadah udang dan dikirim ke pasar Medan di Sumatera Utara. Dengan padat tebar kurang lebih 120 ekor per meter persegi, panen parsial pertama dilakukan di 9 kolam ukuran 100, dengan masa penahanan 60 hari dengan total hasil sekitar 2,2 ton dengan harga sekitar Rp 100 juta.

“Tidak lupa saya mengucapkan syukur dan terima kasih kepada KKP yang telah mempercayakan kami dalam program ini. Harapannya ke depan kami makin berkembang dan bisa mandiri dalam berbudidaya udang vaname secara berkelanjutan”, tandas Slamet. (Humas DJPB/red)