Pekalongan, ERANASIONAL.COM – Kemitraan Indonesia menggandeng Kelurahan Degayu dan Kandang Panjang untuk mengembangkan bisnis ekowisata di 2 wilayah tersebut yang terdampak perubahan iklim.

Untuk menguatkan kapasitas masyarakat (local champion) dalam pengelolaan, pemasaran, dan pelatihan bisnis ekowisata, Kemitraan menggelar Training of Trainer (ToT) Penguatan Kelembagaan dan Bisnis Ekowisata Kota Pekalongan selama 2 hari, Rabu-Kamis, 25-26 Juni 2024 di Hotel Dafam.

“Kami didampingi PT Sirkula Indonesia sebagai salah satu mitra Adaptation Fund Kota Pekalongan yang sejak awal ikut mengawal pendampingan penyusunan  Detail Engineering Design (DED) konsep ekowisatanya,” kata Pelaksana Monitoring dan Evaluasi pada Kemitraan Indonesia, Febrianti Nur Azizah.

Febri menyebutkan, beberapa fasilitasi pengembangan ekowisata di dua kelurahan tersebut diantaranya wisata mangrove, restoran apung, wisata perahu, dan lain-lain.

Selain pengembangan ekowisata, dilakukan juga pengembangan dan pemasaran kuliner setempat yang akan disinergikan dengan Obyek Wisata Pekalongan Mangrove Park (PMP). Hingga Bulan Juli 2024 ini, penguatan konsep DED dari ekowisata tersebut akan terus dilakukan.

Selain mengadakan ToT bagi local champion ini, sebelumnya Kemitraan Indonesia juga sudah memberikan pelatihan kuliner di SMK Negeri 1 Pekalongan. Usai semua sudah dilakukan, maka pembangunan fisik untuk pengembangan ekowisata bisa segera dilaksanakan.

“Diharapkan juga bisa meningkatkan tambahan pendapatan bagi masyarakat setempat. Para Local Champion yang sudah terbentuk, kami tingkatkan kapasitasnya,”ungkapnya.

Project Manager PT Sirkula Indonesia, Ayu Dini Kartika Putri menambahkan, bahwa untuk di wilayah Kelurahan Degayu, lahan yang dijadikan ekowisata diprioritaskan pada lahan bengkok.

Sementara, untuk wilayah Kelurahan Kandang Panjang dipusatkan di Pusat Mangrove Pekalongan (PMP) yang memang dikelola oleh Pemkot Pekalongan melalui Dinparbudpora setempat.

“Di Degayu sendiri masih ada lahan yang tergenang air rob di luar tanggul. Justru, lokasi itu yang diberikan nilai tambah bagi pemilik lahan yang terdampak rob,

“Pada tanggal 28 Juni (hari ini), kami akan mengumpulkan pemilik lahan yang akan merasakan dampak ekowisata nantinya untuk bisa saling sharing dan diskusi agar mereka bisa dilibatkan di dalam pengelolaan ekowisata di wilayahnya,” terangnya.

Program tersebut disambut baik oleh Lurah Kandang Panjang, Amat Fauzan. Fauzan mengucapkan apresiasi dan terima kasih atas ditunjuknya Kelurahan Kandang Panjang yang menjadi satu dari 8 wilayah sasaran program Adaptation Fund dari Kemitraan Indonesia.

Dari 8 kelurahan yang disasar di Kota Pekalongan tersebut, 2 diantaranya menjadi lokasi yang dipilih untuk pengembangan ekowisata yaitu Kelurahan Kandang Panjang dan Kelurahan Degayu.

“Memang potensi wilayahnya hampir sama berbasis pada ekowisata yang ada di mangrove. Konsepnya, dari perencanaan awal mengacu pada sumber daya nanusia yang bisa disinergikan dengan potensi wisata yang ada di PMP, kuliner, restoran apung, dan lain-lain,” lanjut Fauzan.

Fauzan membeberkan, sesuai DED, pelaksanaan pengembangan ekowisata di Kelurahan Kandang Panjang, dari Kemitraan Indonesia akan menyinkronkan dengan pembangunan fisik pemecah gelombang yang ada di pesisir utara Kota Pekalongan.

“Fasilitasi pengembangan ekowisata dari pendampingan Kemitraan ini sampai bulan Juli 2024. Kemudian, nanti akan dilanjutkan pemberdayaan masyarakat lokal, yang melibatkan dinas terkait baik Dinparbudpora, DLH, dan DKP,” tuturnya.

Pihaknya berharap, dengan adanya fasilitasi dari Kemitraan ini bisa memaksimalkan potensi ekowisata yang ada di Kelurahan Kandang Panjang, dimana nantinya berdampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat setempat.

(em-aha)