Kondisi ini diperparah dengan musim kemarau yang diselingi dengan hujan sehingga nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD makin mudah berkembang biak.

Pemerintah telah menetapkan sejumlah strategi pengendalian dan pencegahan DBD termasuk melakukan intervensi pada lingkungan, vektor, dan juga manusia.

Intervensi lingkungan bertujuan untuk membuat nyamuk tidak merasa nyaman melalui program 3M Plus.

Sedangkan intervensi pada vektor atau nyamuk ditargetkan untuk membunuh larva dan nyamuk.

“Intervensi vektor dengan menggunakan zat-zat kimia pembunuh larva, untuk fogging, serta teknologi nyamuk ber-wolbachia,” katanya.

Sedangkan intervensi pada manusia dilakukan dengan mengubah perilaku dan peningkatan kesadaran masyarakat, dan melakukan vaksinasi dengue.

Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah pertama di Indonesia yang sudah melakukan program imunisasi massal vaksin dengue untuk anak sekolah.

Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, dr. William mengatakan, saat ini sudah ada 9.800 anak yang mendapatkan dosis pertama vaksin dengue, yang akan dilanjutkan untuk dosis kedua.

Vaksinasi tersebut sudah dilakukan di Kota Balikpapan dan Samarinda.

Kedua kota ini memiliki jumlah penduduk yang tinggi dan kasus DBD yang tinggi.

“Kota Samarinda selama ini punya angka kejadian DBD yang tinggi. Salah satu penyebabnya karena hampir semua rumah punya tandon air dan daerahnya kebanyakan berawa-rawa,” jelasnya.

Ia mengatakan, berkat sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya vaksinasi untuk mencegah DBD, program imunisasi yang menyasar anak usia sekolah ini berjalan lancar.

“Sejauh ini tidak ada KIPI pada peserta yang divaksin, paling hanya sedikit rasa nyeri di tempat bekas suntikan,” kata dr.William. []