Tidak selang lama terjadi erupsi pukul 08.01 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 900 m di atas puncak.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya dan barat.
Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 115 detik.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengatakan, awan panas dan guguran lava pijar masih terjadi di Gunung Semeru, namun secara visual jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada Level III atau Siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,” katanya, diktip dari CNNIndonesia.
Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. []
Tinggalkan Balasan