Pekalongan, ERANASIONAL.COM – Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat Kota Pekalongan dikejutkan dengan surutnya permukaan air hingga membuat sedimen dasar sungai Loji terlihat.

Pasalnya, sebelum surut kerap kali volume air di Sungai Loji tinggi. Bahkan, jika terjadi rob atau hujan dengan intensitas tinggi, maka air limpas ke daratan terutama di sebagian wilayah Kecamatan Utara dan Timur Kota Pekalongan.

Setelah ditelusuri, penyebab surutnya permukaan air Sungai Loji dikarenakan Bendung Gerak yang ada di hilir atau muara sudah mulai beroperasi meski hanya uji coba.

PPK BBWS Pemali Juana, Dani Prasetyo menjelaskan, bahwa progres pembangunan Bendung Gerak saat ini sudah selesai. Bahkan, sudah dilakukan uji coba pengoperasian bendung dan pompa untuk mengetahui seberapa besar dampak terhadap kondisi di lingkungan terutama di wilayah hulu.

“Progres sudah selesai semua, secara operasional bendung dan pompa sudah kita lakukan. Memang tujuan utama dibangun bendung dan pompa ini adalah untuk pengendalian banjir di kawasan Kota Pekalongan, khususnya wilayah sekitar Sungai Loji,” jelasnya, Jumat, 22 November 2024.

Menurutnya, dengan beroperasinya pompa dan bendung yang sudah ditutup membuat air Sungai Loji menjadi surut. Termasuk saluran-saluran drainase dan kawasan sekitar Sungai Loji yang selama ini tergenang, kini sudah mulai surut.

“Kami sudah menurunkan elevasi Sungai Loji minus 1 meter dari rencana minus 1,8 meter. Nah, ini kita coba evaluasi dulu terhadap dampak di sekitar sungai nanti seperti apa. Kalau memang kondisinya relatif aman, akan kita lakukan pemompaan sesuai rencana di minus 1,8 meter,” lanjutnya.

Untuk sistem kerja bendung gerak, lanjut dia, sifatnya darurat. Kalau kondisinya di Sungai Loji itu tinggi dan elevasi airnya juga lebih tinggi daripada elevasi air sungai, nanti bendung secara otomatis akan dibuka.

“Sehingga air dari hulu bisa mengalir gravitasi ke arah laut, tapi untuk menjaga kondisi normalnya ketika elevasi air sudah relatif rendah,” katanya.

Karena selama ini, sebelum adanya bendung jika terjadi pasang, maka air akan masuk ke Sungai Loji dan menggenangi kawasan.

“Nah, ini sudah kita tutup. Bendung sudah berfungsi, sehingga untuk air di Sungai Loji kita turunkan dengan pompa. Kapasitas pompa total ada 18 meter kubik, itu untuk konfigurasi pompanya ada 5. 2 pompa ukuran 1,5 meter kubik dan 3 pompa ukuran masing-masing 5 meter kubik,” terangnya.

Adapun untuk cakupan wilayah, ia mengungkapkan, kurang lebih hampir ada sekitar 600 hektar yang ia cover dari sistem pengendalian banjir Sungai Loji ini. Selain pompa dan bendung, di area Bendung Gerak juga sudah dibangun rotary screen yang berfungsi untuk mengambil sampah secara otomatis.

“Saat ini kami sedang perapian dan melengkapi area ini dengan landscape. Kami berharap, dengan dibangunnya bendung ini, banjir atau rob yang selama ini menggenangi kawasan kota Pekalongan sudah tidak lagi. Kami juga mengajak kepada warga agar tidak buang sampah di Sungai,” tandasnya.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala DPUPR Kota Pekalongan, Bambang Sugiarto, meski di Bendung Gerak ada rotary screen yang bisa mengangkat dan menarik sampah ke atas. Ia berharap, masyarakat mulai meningkatkan kepeduliannya terkait dengan sampah.

“Jangan membuang sampah di sungai, buanglah pada tempatnya. Sehingga kalau sampai pompa itu kemasukan sampah, itu nanti jadi rusak. Kalau rusak, siapa yang rugi. Sistem ini sudah jalan, jika tidak jalan berarti nanti potensi genangan masih mungkin terjadi,” ujarnya.

Ia menambahkan, dengan adanya Bendung Gerak ini, wilayah yang tidak terdampak rob secara umum berada di wilayah Pekalongan utara dan timur.

“Dulu daerah Clumprit, Degayu kalau tergenang itu tidak hanya hitungan harian, bisa mingguan bahkan bulanan dan alhamdulillah, sekarang sudah kering. Bahkan, didaerah lain yang sawahnya pernah terendam rob. Kini, sudah kering bisa ditanam padi kembali dan sampai panen,” pungkasnya. (em-aha)