Batang, ERANASIONAL.COM – Puluhan nasabah mendatangi Kantor Cabang BRI Batang pada Rabu (28/5/2025) untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap dugaan praktik kredit ganda dan pelelangan agunan tanpa pemberitahuan.

Aksi damai yang berlangsung di depan gerbang kantor tersebut menyita perhatian publik dan memicu kepadatan lalu lintas di sekitar lokasi.

Para nasabah membentangkan spanduk dengan tulisan seperti “Stop Kredit Ganda!”, “Nasabah Terdzalimi!”, hingga “Lelang Tanpa Pemberitahuan = Perampasan Hak!”. Petugas kepolisian tampak berjaga untuk memastikan situasi tetap kondusif. Sebagai langkah antisipatif, gerbang kantor sempat ditutup sementara waktu.

Sejumlah perwakilan nasabah akhirnya diterima oleh pimpinan BRI Cabang Batang, Bambang Parulian. Mediasi yang berlangsung sekitar satu jam itu menghasilkan sejumlah poin penting.

“Kami di BRI selalu berupaya taat pada hukum. Hari ini sudah dimulai mediasi dan ada jalan yang bisa ditempuh. Kami akan lanjutkan proses ini untuk solusi bersama,” ujar Bambang usai pertemuan.

Ia menegaskan bahwa penyelesaian akan dilakukan dalam kurun waktu sekitar dua minggu. Menurutnya, sebagian permasalahan yang terjadi dipicu oleh miskomunikasi dan prosedur yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

“Kami siap melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem kerja kami. Jika memang ada kesalahan atau pelanggaran, akan ada tindak lanjut, termasuk sanksi terhadap oknum internal,” tegasnya.

Bambang juga menyoroti pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap BRI, terlebih dengan penyaluran kredit UMKM di wilayah Batang yang telah mencapai Rp2,6 triliun.

“BRI dibesarkan oleh masyarakat. Ini pelajaran penting bagi kami. Kami akan benahi semua lini agar layanan lebih optimal ke depan,” ucapnya.

Salah satu nasabah, Taari, mengungkapkan kekecewaannya. Ia mengaku telah membayar cicilan pinjamannya yang mencapai Rp600 juta secara rutin. Namun dirinya terkejut saat mendengar bahwa kios miliknya hendak dilelang tanpa pemberitahuan resmi.

“Saya rutin bayar, ini ada buktinya. Tapi tiba-tiba muncul kabar kios saya mau dilelang. Tidak ada surat tembusan ke kepala desa seperti biasanya,” ujarnya sambil menunjukkan bukti transfer.

Taari menyebut bahwa pemberitahuan sempat diberikan, namun tidak sesuai prosedur yang biasa dilakukan di desanya.

Aksi ini menjadi sorotan masyarakat dan menjadi refleksi bagi pihak perbankan akan pentingnya transparansi dan komunikasi yang efektif dalam layanan finansial. (em-aha)