Seorang pedagang membeli timun suri dari salah seorang petani di Desa Silirejo, Kabupaten Pekalongan. Foto : Abdul Hakim

Pekalongan – Rasanya yang enak dan segar membantu melepas dahaga setelah seharian berpuasa, timun suri atau barteh menjadi salah satu buah yang dicari selama bulan Ramadan untuk berbuka puasa.

Karena banyaknya peminat buah yang mengandung banyak air dan memiliki daging buah lembut itu, membuat para petani di Desa Slirejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan ini mengubah tanaman palawija menjadi tanaman timun suri.

“Biasanya petani disini menanam kacang panjang, timun lalapan, palawija lah pokoknya. Namun, 50 hari sebelum puasa kita tanam barteh (timun suri). Dan alhamduliilah, setiap harinya kita bisa panen sekitar 25 hingga 50 buah,” kata Tayib (66), petani asal Silirejo, Jumat (15/4/2022).

Ia mengaku, tak hanya pembeli dari warga sekitar saja yang mencari buah tersebut, akan tetapi juga para pedagang (bakul) dari luar Desa Silirejo.

“Banyak yang nyari dari pagi hingga siang, bukan hanya warga sekitar sini aja tapi ada juga bakul yang dari Warungasem, Kabupaten Batang,” ungkapnya kepada eranasional saat ditemui dikebunnya seluas 170 meter persegi itu.

Tayib, petani Silirejo saat memanen timun suri di kebunnya.

Meski saat ini harga timun suri turun dibanding awal puasa, tak menyurutkan Tayib untuk tetap merawat tanaman tersebut disertai tanaman lain.

“Untuk harga awal puasa sekitar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per buah. Karena banyak yang panen, sekarang turun menjadi Rp 4.500 – Rp 6.500. Makanya selain nanam barteh, saya juga nanam selasih” pungkasnya.

Kartoyo (51), pedagang asal Warungsem, Kabupaten Batang memang sudah terbiasa membeli timun suri di wilayah tersebut karena harganya masih bisa bersaing.

“Sudah biasa kalau bulan puasa beli disini. Karena harganya lumayan, jadi masih bisa bersainglah. Buahnya juga lumayan besar kan,” katanya. (em-aha)