Kota Depok, Jawa Barat. (Foto: Istimewa)

Kevin menyampaikan bahwa dalam policy brief yang disusun, terdapat tujuh poin rekomendasi yang diberikan. “Pertama, menjadikan Waste Management Hierarchy sebagai acuan mendasar dalam sistem tata kelola persampahan Kota Depok, dengan mengutamakan penerapan secara hierarkis dimulai dari prevention, reuse, recycle, recovery, dan disposal,” paparnya.

Poin berikutnya adalah melakukan pengetatan terkait pengenaan sanksi dan pelaksanaan pengelolaan sampah sesuai Perundang-undangan yang berlaku dan melanjutkan kembali konsep Zero Waste City dan Smart City.

“Berikutnya adalah meninjau ulang penerapan teknologi yang tepat dalam menanggulangi volume sampah yang sudah overload di TPA Cipayung. Dan, mengoptimalkan serta memaksimalkan anggaran penanganan dan pengolahan sampah Kota Depok 5,” jelasnya.

“Memfokuskan sistem dan mekanisme pengaplikasian bank sampah di RW setempat yang lebih efektif daripada menambah bank sampah untuk menekan sunk cost. Memastikan ketersediaan fasilitas pengolahan sampah yang mudah diakses oleh masyarakat. Dan, menyegerakan revitalisasi TPA Cipayung yang sudah overload dengan mengatur ulang sistem dan tata kelola sampah TPA Cipayung, membangun strukturisasi yang kuat, dan memanfaatkan teknologi agar sampah yang masuk merupakan sampah residual yang dapat diolah langsung tanpa mengkhawatirkan sampah yang seharusnya berasal dari UPS,” sambungnya.

Sedangkan policy brief kedua bertajuk “Evaluasi Program Penanganan Tuberkulosis dan Layanan Kesehatan Mental di Kota Depok” yang meninjau tentang penanganan tuberkulosis dan layanan kesehatan mental di Kota Depok.

Difa Alya Husna, salah satu tim pengkaji yang juga Wakil Kepala Departemen Sosial Masyarakat BEM UI 2023 menyebutkan bahwa tren kasus tuberkulosis (TB) di Depok mengalami peningkatan sejak tahun 2020 sampai Oktober 2022.

“Temuan BEM UI menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 justru membuat kasus TB mengalami peningkatan. Meskipun mobilitas masyarakat berkurang, faktor kontak serumah menjadi faktor penularan utama yang mendorong penyebaran TB. Hal ini diperparah dengan sulitnya masyarakat membedakan antara gejala TB dengan COVID-19,” ujar Difa.

Selain itu, kata Difa, terdapat beberapa tantangan dalam pemberantasan TB di Kota Depok, di antaranya adalah under-reporting cases, kurangnya kepatuhan minum obat TB, pelibatan multisektor yang belum optimal, serta stigma negatif bagi pasien TB.