
Menurutnya, antusias ribuan warga Kota Pekalongan dan sekitarnya sangat luar biasa memadati Kawasan Jalan Jlamprang, Kraypyak, Kota Pekalongan.
Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum untuk membangun tali silaturahmi dan mengembangkan potensi, kreativitas, dan budaya di daerah Krapyak.
“Adanya kegiatan ini yang membuat masyarakat semakin guyub, kompak, bersatu dan bahkan bisa menumbuhkan perekonomian setempat karena di sela sela kegiatan ini banyak penjual yang menjajakan dagangannya di sekitar sini laku semua,” ucapnya.
Wawalkot Salahudin menjelaskan, Bubur Suro ini sendiri terbuat dari beras dengan ditambah berbagai bumbu, rempah, jinten, kacang hijau, santan, dan dihiasai dengan irisan mentimun, telur ayam, dan sebagainya.
“Untuk memasak bubur suro, prosesnya sejak pagi hingga beberapa jam dengan cara gotong royong oleh warga, terutama ibu-ibu. Bahan baku pembuatan bubur suro direbus dan diaduk secara terus menerus hingga tercampur rata,” terangnya.
Adonan bubur juga ditambahkan daging serta ikan laut serta telor dan sayuran, sehingga menambah rasa gurih dan sedap. Setelah bubur suro selesai dimasak, selanjutnya diletakkan dalam wadah takir dari daun pisang yang dibentuk seperti mangkok.
Makanan khas yang sudah ada sejak ratusan tahun ini kemudian didoakan sebelum dimakan bersama, dan dibagikan kepada warga.
Tinggalkan Balasan