
PEKALONGAN, Eranasional.com – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Pekalongan menandatangani nota kesepahaman dengan empat organisasi yakni HMI, GMNI, Fatayat NU dan Sahabat Difabel terkait pengawasan partisipatif dan pendidikan demokrasi dalam Pemilu 2024.
Penandatanganan MoU tersebut diwakili oleh anggota Bawaslu Kota Pekalongan, Syaratun, bersama ketua masing-masing organisasi usai kegiatan Sosialisasi Pengawasan Partisipatif di Hotel Nirwana Kota Pekalongan, Kamis (19/10/203).
“Penandatanganan MoU kali ini, bukan yang pertama kali dilakukan oleh Bawaslu. Sebelumnya, juga sudah dilakukan MoU serupa dengan elemen masyarakat lain mulai dari sekolah, perguruan tinggi dan organisasi masyarakat lainnya,” kata Nasron, Anggota Bawaslu Kota Peklongan.
Ia mengatakan, ke depan Bawaslu Kota Pekalongan akan lebih banyak menggandeng organisasi masyarakat maupun kalangan lain untuk bekerja sama dengan Bawaslu dalam kegiatan pengawasan partisipatif.
“Setelah penandatanganan MoU ini tentu diharapkan ada tindaklanjut. Misalnya untuk pendidikan politik dan juga teman-teman ini dapat terlibat dalam pengawasan Pemilu 2024,” katanya.
Menurut Nasron, kegiatan sosialisasi kali ini baru awal untuk transfer pengetahuan tentang kepemiluan kepada para peserta.
Sehingga ke depan dibutuhkan kegiatan lanjutan untuk memberikan pemahaman yang lebih agar peserta benar-benar memahami tentang kepemiluan, khususnya dalam pengawasan.
Dalam sosialisasi, hadir dua narasumber yakni perwakilan dari Persatuan Alumni GMNI Kota Pekalongan, Fajar Randi Yogananda dan Ketua PCNU Kota Pekalongan, H. Muhtarom.
Dalam paparannya, Perwakilan PA GMNI, Fajar Randi Yogananda memaparkan terkait dengan penelitian tentang money politic dalam Buku Kuasa Uang. Dia memaparkan sejumlah data terkait kondisi money politic di Indonesia.
Dari data-data tersebut, dia berharap agar para peserta sosialisasi yang sebagian besar merupakan pemuda, dapat turut menghentikan praktik money politic dalam Pemilu.
Di akhir paparannya, Fajar mengutip sebuah pesan dari Tan Malaka yakni “idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda”.
Untuk itu, kepada para pemuda dan peserta sosialisasi tersebut diharapkan dapat memegang teguh idealisme sehingga tidak terjebak dalam praktik money politic.
Hal yang sama disampaikan Ketua PCNU Kota Pekalongan, H. Muhtarom. Menurutnya, kondisi demokrasi dikhawatirkan akan semakin memburuk di masa depan jika praktik money politic tidak dihentikan.
Sehingga dalam Pemilu 2024 yang mana sebagian besar pemilih merupakan generasi milenial dan Gen Z, diharapkan bisa menjadi pemilih yang cerdas dan tidak terjerumus dalam praktik-praktik yang justru menimbulkan daya rusak yang lebih besar terhadap kondisi demokrasi di Indonesia. (em-aha)
Tinggalkan Balasan