Kondisi korban semakin mengkhawatirkan, karena kerap telat diberikan makan oleh majikannya.

Begitu juga dengan gajinya, kelima korban mengaku tidak pernah menerima sejak bekerja sebagai ART. Katanya, gaji yang seharusnya diterima sebesar Rp1,8 juta setiap bulannya seperti yang dijanjikan pihak penyalur dan majikan.

“Mereka bekerja ada yang sudah dua bulan, ada juga yang baru satu bulan, tapi belum pernah menerima gajinya,” kata Vina.

Sebelum kabur, para ART tersebut sudah berusaha menghubungi pihak yayasan yang menyalurkan mereka bekerja. Tapi, nomor penyalur tersebut tidak dapat dihubungi. Sementara, kondisi rumah tempat para korban bekerja selalu terkunci dan diawasi secara ketat menggunakan kamera CCTV.

Ditambah lagi anjing peliharaan majikannya selalu menggonggong ketika para korban hendak melarikan diri, membuat korban tidak dapat berbuat banyak. (*)