Kemudian bapak Sindi menuntun saya ke kamar tidur yang ternyata sudah mereka siapakan.
Sedangkan adik Kristo dan Bapak Sindi berbaring/tidur di tempat tidur yang letakanya di depan kamar tidur untuk saya. Mama Sindi tidur bersama anak-anak perempaunnya dan Enu Melin.
Karena kelelahan (karena aktivitas sepanjang hari di pastoran), saya langsung tertidur lelap dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka hanya ditutupi kain tirai.
Kurang lebih pukul 02.00 Wita, saya terbangun karena dikagetkan dengan teriakan makian dari Bapak Sindi sambil ia mengancam mengambil parang.
Saya sangat Shok dan bingung dengan keadaan sekejap itu. Dan saat itu saya melihat Mama Sindi juga ada di dalam kamar dengan kondisi berbusana lengkap, dan tiba tiba dia lari ke luar.
Masih dalam keadaan shok, saya berusaha menenangkan Bapak Sindi. Saat itu saya masih dalam keadaan berpakaian lengkap, ditambah kain selimut dan bangun mendekati Bapak Sindi.
Karena teriakan keras Bapak Sindi berupa makian-makian dan ancaman untuk membunuh, sehingga mengakhibatkan semua orang dalam rumah ikut bangun dan ikut panik.
Supaya tidak terjadi keributan besar, saya dan semua anggota pastoran segera meninggalkan rumah itu dan balik ke pastoran.
1 Komentar
Seharusnya romo hrs dekat ke semua umat bukan hanya pada umat tertentu apalagi sampai pergi mengunjungi sampai larut malam hingga menginap.dugaan saya suami ada bukti lain shg membuat dia mengekspos kemarahanya.