JAKARTA – Wakil Gubernur DKI Jakarta menyanjung kepemimpinan Anies Baswedan sebagai orang nomor satu di Ibu Kota. Menurut Ariza, pada masa kepemimpinan Anies, berbagai masalah di Jakarta terselesaikan salah satunya adalah kemacetan.

Ariza mengklaim, sekarang ini Jakarta sudah bebas dari masalah yang satu ini, kemacetan Jakarta yang sudah terjadi bertahun-tahun kata dia sudah bisa terurai lewat berbagai kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

“Jakarta ini kan sudah bebas macet. Ini menunjukkan upaya yang luar biasa di kepemimpinan pak Anies ini luar biasa. Itu yang perlu diperhatikan,” kata Ariza kepada wartawan Sabtu (3/4/2021).

Ariza bangga pada pada Anies Baswedan atas berbagai kebijakan mengatasi kemacetan Jakarta yang kata dia, sekarang ini sudah mulai menunjukan hasil memuaskan.

“Atas upaya tersebut kita bersyukur,” tuturnya.

Ariza mengklaim kalaupun ditemukan kemacetan di jalanan Jakarta, itu disebabkan hal lain, bukan karena volume kendaraan yang terlalu banyak. Misalnya ada perbaikan jalan atau saluran air dan kabel yang biasanya memakan separuh badan jalan dan menyebabkan laju kendaraan tertahan dan menimbulkan anteran.

“Jadi kalau ada macet karena galian itu sifatnya sementara,” ucapnya dikutip eranasional.com dari akurat.co.

Hasil survei versi TomTom Traffic Index,Jakarta disebut berhasil keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini Ibu Kota berada pada urutan 31 dari total 416 kota yang diukur oleh lembaga tersebut.

“Jakarta mulai dari 4 kota termacet di dunia, sekarang ini di urutan 31,” katanya.

Penerapan ganjil di Jakarta mulanya menjadi satu-satunya solusi mengatasi kemacetan di Jakarta sebelum pandemi, peraturan ini, awalnya hanya diterapkan di Jalan Sudirman – Thamrin Jakarta Pusat, namun seiring kemcaten yang terus meluas di berbagai ruas jalan, Pemerintah Provinsi DKI kemudian memperluas peraturan hingga ke 25 ruas jalan.

Sejak pandemi Covid-19 masuk Jakarta tahun lalu, peraturan ini ditiadakan untuk sementara dan berlangsung hingga sekarang, tujuan penghapusan sementara itu untuk menghindari penumpukan penumpang di angkutan umum massal.***