Ismail lkemudian menceritakan awal dibangunnya masjid tersebut pada kisaran 1990-an oleh sang pemilik lahan.

Warga lalu berinisiatif membangun masjid secara bertahap dengan cara berswadaya hingga seperti sekarang.

Pengurus dan warga sempat menemui sang pemilik lahan pada 2015 lalu untuk memperjelas status lahan yang dibangun masjid itu.

Saat itu, keluarga besar sang pemilik lahan mempersilakan warga untuk tetap menggunakan masjid dan menjamin tidak ada yang akan menuntut.

Namun, berselang waktu, sang pemilik lahan datang menemui pengurus masjid bahwa hendak menjual lahan miliknya.

Alasannya, untuk membangun pesantren di Jakarta.

“Ibu ini mengatakan bahwa tanah masjid ini tetap akan dijual seharga Rp 3,5 miliar, kemudian datang memasang papan informasi mau dijual. Informasinya akan buka pesantren di Jakarta dan membutuhkan dana untuk pembebasan lahan jalan,” bebernya.

Ia mengungkapkan, sudah ada beberapa perwakilan pemerintah datang dan sejumlah orang yang siap membeli lahan masjid tersebut. Beberapa bahkan sudah tanya harga.

Meski begitu, pihak pengurus masjid dan warga hanya bisa pasrah dan tidak keberatan jika lahan masjid itu dijual.

Hanya saja mereka berharap agar masjid itu tidak dialihfungsikan.

“Sudah banyak yang tanya harga. Kita berharap bahwa masjid ini tetap sebagaimana fungsinya,” tandasnya. []